A Haunting in Venice, Adaptasi “Liar” Novel Agatha Christie

Aktor sekaligus sutradara, Kenneth Branagh, barangkali saat ini hatinya sedang berbunga-bunga sekaligus “deg-degan” lepas meluncurkan film barunya bertajuk, A Haunting in Venice. Khawatir banyak dikritik dan gagal, atau bahkan sebaliknya. Film hasil adaptasi novelis ternama Agatha Christie, merupakan karya ketiganya setelah sebelumnya, Branagh membuat film “Murder on the Orient Express” tahun 2017 dan “Death on the Nile” tahun 2022

Seperti dilansir surat kabar ternama “Los Angeles Times”, A Haunting in Venice, merupakan karya intrepetasi “bebas” dari sang sutradara. “Dia benar-benar melampaui batas, dan itulah arah yang dituju oleh adaptasi Christie-nya. Branagh akhirnya membebaskan diri, menjadikan A Haunting in Venice sebagai karya terbaik (versi-nya) hingga saat ini,” tulis LA Times.

A Haunting in Venice secara teknis didasarkan pada novel Hallowe’en Party karya Christie tahun 1969, yang terjadi pada Halloween selama pesta yang diselenggarakan oleh seseorang bernama Rowena Drake, di mana karakter bernama Joyce Reynolds dibunuh. Hal inilah yang menyebabkan detektif terkenal Belgia Hercule Poirot ikut campur dan berusaha memecahkan misteri pembunuhan itu. Kepiawaian Branagh tampaknya juga jeli melihat segmen “pasar film”, makanya beliau mengambil kebebasan kreatif, seperti mengubah cerita dari cerita detektif menjadi horor Gotik.

Cerita dimulai di kota Venesia pasca Perang Dunia II. Setelah kesengsaraan dan kehancuran yang diakibatkan oleh perang tersebut, Hercule Poirot menjadi kehilangan kepercayaan terhadap umat manusia dan menutup diri dari dunia luar. Hari-harinya dihabiskan dengan berkebun dan menunggu pengiriman kue, dengan sesekali pergi ke kota ditemani oleh pengawalnya.

Pengawalnya bertugas untuk menjauhkannya dari orang-orang yang mencarinya untuk menangani kasus kriminal baru. Sebelum malam Halloween, Poirot menerima kunjungan dari seorang teman lama, penulis misteri nomor satu dunia Ariadne Oliver. Ternyata, dia ingin Poirot untuk bergabung dengannya di pemanggilan arwah dan membantunya membuktikan bahwa hal itu tidak nyata.

Walaupun sempat ragu, Poirot mendapati dirinya tertarik dan setuju untuk menghadiri pemanggilan arwah di sebuah palazzo milik penyanyi opera terkenal Rowena Drake. Ketika salah satu tamu pemanggilan arwah itu dibunuh. Para tamu yang hadir semuanya dianggap tersangka, dan Hercule Poirot harus kembali masuk ke dunia yang penuh rahasia yang menyeramkan.

Alur cerita tergolong menarik. Deskripsi suasana dan tempat yang menyeramkan, terlebih lagi dengan pertanyaan apakah hantu benar-benar ada?? Dan apakah Poirot kehilangan akal ketika dia mendengar tawa yang sebenarnya tidak ada dan melihat sosok anak-anak terpantul di cermin??

Meski begitu, dia menegaskan harus ada penjelasan logis atas semua kejadian aneh tersebut. Seperti pemecah kejahatan dari Mystery Inc. (waralaba Scooby-Doo sebelumnya), Poirot tidak hanya harus memecahkan misteri, tetapi juga membuktikan kepada sekelompok orang yang percaya bahwa hantu tidak ada.

Sang sutradara Branagh, menurut sebagian pengamat, benar-benar keluar dari buku Agatha dan sepenuhnya memasukkan misteri ruangan terkunci ke dalam horor paranormal. Dia mengubah Poirot versinya menjadi karakter khas dan ganjil yang dia miliki sepenuhnya, lalu memasukkannya ke dalam misteri imajinasinya sendiri.

A Haunting in Venice disutradarai dan dibintangi oleh Kenneth Branagh. Film ini juga menampilkan bintang lain seperti Kyle Allen, Camille Cottin, Jamie Dornan, Tina Fey, Jude Hill, Ali Khan, Emma Laird, Kelly Reilly, Riccardo Scamarcio, dan Michelle Yeoh. Karya terbaru dari 20th Century Studios ini sudah dapat disaksikan di bioskop di Indonesia. [red/tz/foto: istimewa]

Share and Enjoy !

Shares

Related Posts

Tingkatkan Literasi Perkoperasian, Kemenkop Gelar Bedah Buku

Kementerian Koperasi dan UKM menggelar bedah buku Serial Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM di lingkungan perguruan tinggi dengan tujuan meningkatkan literasi perkoperasian bagi generasi muda serta mempromosikan program-program inovatif…

LSPR Luncurkan 3 Buku Dukungan untuk Penyandang Autisme

London School of Public Relations (LSPR) Institute of Communication and Business mendukung perbaikan kualitas hidup para penyandang autisme di ASEAN dengan meluncurkan tiga buku panduan. Founder dan CEO LSPR Institute…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Peran Penting Perpustakaan di Era Digital

  • By admin
  • January 22, 2025
  • 25 views
Peran Penting Perpustakaan di Era Digital

Tingkatkan Literasi Perkoperasian, Kemenkop Gelar Bedah Buku

  • By admin
  • October 21, 2024
  • 84 views
Tingkatkan Literasi Perkoperasian, Kemenkop Gelar Bedah Buku

Membangun Bisnis di Era Digital

  • By admin
  • October 8, 2024
  • 83 views
Membangun Bisnis di Era Digital

LSPR Luncurkan 3 Buku Dukungan untuk Penyandang Autisme

  • By admin
  • August 23, 2024
  • 103 views
LSPR Luncurkan 3 Buku Dukungan untuk Penyandang Autisme

Apresiasi Sapardi Djoko Damono, “Lorong Buku Batavia” Gelar Baca Puisi Hujan Bulan Juni

  • By admin
  • June 11, 2024
  • 171 views
Apresiasi Sapardi Djoko Damono, “Lorong Buku Batavia” Gelar Baca Puisi Hujan Bulan Juni

Juni, Bulannya Sang Maestro, Sapardi Djoko Damono

  • By admin
  • June 1, 2024
  • 298 views
Juni, Bulannya Sang Maestro,  Sapardi Djoko Damono