London School of Public Relations (LSPR) Institute of Communication and Business mendukung perbaikan kualitas hidup para penyandang autisme di ASEAN dengan meluncurkan tiga buku panduan.
Founder dan CEO LSPR Institute of Communication & Business Prita Kemal Gani menjelaskan tiga referensi ini awalnya dibuat dengan mempertimbangkan sejumlah tantangan yang dialami orang tua dengan anak disabilitas perkembangan (autisme) di Indonesia.
“Penyandang autisme dan keluarga mereka kerap dihadapkan pada terbatasnya akses untuk layanan kesehatan, pendidikan, serta kesempatan kerja maupun partisipasi dalam kehidupan sosial,” ungkap Prita di Jakarta, Kamis.
Selain itu, riset kebijakan kesehatan serta perkembangan panduan untuk pelatihan dan pendampingan anak autis jumlahnya juga tidak banyak.
Melihat kondisi tersebut, LSPR berinisiatif untuk berkontribusi meningkatkan jangkauan sosial para penderita gangguan spektrum autisme. Tidak hanya di Indonesia, tapi mencakup juga di kawasan Asia Tenggara.
LSPR bersama The National Centre for Persons with Severe Intellectual Disabilities Jepang (Nozomi no sono) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) kemudian meluncurkan tiga buku pada 22 Agustus 2024.
Tiga referensi itu berjudul “Kondisi Terkini dan Isu Kebijakan Layanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas Perkembangan di Asia Tenggara”, “Pengembangan Panduan Berbasis Pembinaan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Orang Tua Anak dengan
Disabilitas Perkembangan di Asia Tenggara”, dan “Panduan Pelatihan, Pendampingan, dan Pembinaan bagi Orang Tua Anak dengan Disabilitas Perkembangan di Asia Tenggara”.
Director of Research and Community Service LSPR Institute of Communication and Business Rudi Sukandar mengungkapkan bahwa saat ini buku-buku tersebut tersedia dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Jepang, dan Inggris, serta didistribusikan secara global.
Rudi, yang merupakan salah satu anggota penelitian tersebut, turut menjelaskan bahwa literatur ini juga bisa jadi acuan bagi masyarakat desa, yang mana fasilitas dan layanannya lebih terbatas dibandingkan dengan di kota-kota besar.
“Hasil riset dan buku panduan ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pemahaman orang tua, ‘caregiver’, tenaga profesional di bidang kesehatan serta pendidikan, dan pembuat kebijakan di kawasan ASEAN tentang disabilitas perkembangan,” kata dia.
Materi-materi yang ada dalam buku-buku tersebut di antaranya membahas seputar layanan dan perawatan kesehatan, termasuk dalam mengatasi kekhawatiran dan kecemasan bagi para pendamping anak autis.
Adapula, kondisi terkini dan isu kebijakan layanan kesehatan yang penting dari sudut pandang penyandang disabilitas dan keluarganya, khususnya di kawasan ASEAN.
Nantinya, para pendamping anak autis ini diharapkan bisa menjadi mentor bagi orang lain untuk membantu penyintas mencapai kualitas hidup yang lebih baik. [antara]